Minggu lalu, Saya bersama Teteh Sefira Meyda dan Teteh Inggrid Kansil jadi narsum di acara TALKSHOW MUSLIMAH BANGUN PERADABAN, sub materi:
MIRAS, NARKOBA, PORNOGRAFI, LGBT MENJADI TANTANGAN MUSLIMAH BANGUN PERADABAN, yang diadakan oleh PPPA Daarut Tauhid di Masjid Alumni IPB #Bogor
Catatan sejarah sudah membuktikan bahwa ‘tangan-tangan’ muslimah begitu berperannya dalam membangun peradaban. Kemampuan muslimah meretas tantangan zaman sudah teruji. Hebatnya, tokoh-tokoh Muslimah tak hanya memberikan kontribusi pada bidang tertentu, tapi beragam bidang.
Sebut saja Sutaita al-Mahamali pakar matematika yang hidup pada paruh kedua abad ke-10. Beliau berhasil memecahkan solusi sistem persamaan dalam matematika. Atau Ratu Dhaifa Khatun, ratu yang pernah mengantarkan Alleppo, Suriah mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1190-an karena kebijakannya yang sangat berhak pada rakyat kecil.
Sangat banyak kalau kita membaca berbagai referensi mengenai ketangguhan muslimah membangun perabadan di berbagai belahan dunia.
Bahkan di Indonesia kita punya seorang muslimah luar biasa yang sayangkan tidak ditulis di buku-buku sejarah yaitu Rahmah El Yunusiyah yang lahir pada 29 Desember 1900. Bagi saya muslimah ini begitu luar biasa. Bayangkan, beliau adalah perempuan pertama di dunia yang diberi gelar “syaikhah” (tokoh terhormat) oleh Universitas Al-Azhar, Mesir, pada tahun 1957.
Beliau ini muridnya Haji Abdul Karim Amrullah, ayahanda Buya Hamka. Diberi gelar “syaikhah” karena dialah perempuan pertama di Indonesia yang mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan bernama Al-Madrasatul Diniyyah pada 1923 di Sumatera Barat yang masih ada hingga sekarang.
Bayangkan saking bagusnya madrasah hinga terdengar sampai Kairo dan membuat Rektor Universitas Al-Azhar pada 1955 sampai berkunjung ke Madrasah Diniyah untuk melihat sistem pembelajaran putri-putri Islam Indonesia, karena pada saat itu Al-Azhar belum memiliki lembaga khusus bagi perempuan, dan barulah setelah kunjungan itu Al-Azhar membuka program pendidikan bagi muslimah yang bernama Kulliyat al-banat. Jadi sampai saat ini Al-Azhar menerima mahasiswa perempuan berkat jasa Rahmah El Yunusiyah.
Jadi, kenapa diawal saya menyampaikan ini untuk membangkitkan kesadaran kita bahwa kita muslimah bukan hanya pembangun perabadan tetapi juga penjaga perabadan. Dari tangan kitalah, dari hasil didikan kitalah, lahir anak-anak bangsa yang akan membangun peradaban bangsa ini. Cara kita mengasuh anak-anak, melindungi dan menjaga ketahanan keluarga sangat menentukan nasib bangsa ini ke depan. Kita, dengan kemampuan dan potensi yang kita punya, apapun itu punya tanggungjawab untuk terus menjaga dan membangun peradaban negeri ini.
Bagi kita para muslimah terutama ibu-ibu zaman now, tantangan sangat berat. Kita dan anak-anak kita hidup di zaman yang dikepung oleh begitu kuatnya gerakan yang coba hancurkan negeri ini mulai dari miras, narkoba, pornografi, LGBT, ditambah maraknya kejahatan kekerasan terhadap anak baik fisik maupun seksual.
Untuk narkoba, bahkan Indonesia sudah dijuluki surga bagi peredaran narkoba. Berton-ton narkoba coba diseludupkan ke negeri ini. Kita bukan lagi target pemasaran narkoba, tetapi sudah menjadi produsen narkoba. Bayangkan bahkan di penjara pernah ditemukan Pabrik Narkoba. Bayangkan, masih ada bandar narkoba yang menjalankan bisnisnya dari balik jeruji penjara.
Data BNN menyebutkan dari 6,4 juta pengguna narkoba sebanyak 70 persen pengguna narkoba di Indonesia saat ini adalah pekerja di usia produktif. Sebanyak 22 persen lainnya adalah pelajar dan mahasiswa. Tentunya karena Indonesia mayoritas muslim, korban paling banyak tentunya kita umat Islam. Narkoba ini adalah proxy war atau strategi menghancurkan sebuah negara tidak dengan senjata, untuk melemahkan negeri ini sehingga tidak ada perabadan lahir.
Miras lebih parah lagi. Jika pada 2007 berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan jumlah remaja pengonsumsi miras di Indonesia masih diangka 4,9%, tetapi pada 2014 berdasarkan hasil riset yang dilakukan Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) jumlahnya melonjak drastis hingga menyentuh angka 23% dari total jumlah remaja Indonesia yang saat ini berjumlah 63 juta jiwa atau sekitar 14,4 juta orang.
Kami di Genam menyebut miras adalah mesin pembunuh. Tidak hanya membahayakan yang meminumnya tetapi membahayakan orang lain. Karena miras anak tega membunuh ibunya. Miras jadi biang kejahatan, pembunuhan perkosaan, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas. Kami sempat penelitian di penjara-penjara anak dan menemukan fakta sangat miras karena anak-anak ini menjadi pembunuh karena pengaruh miras.
Pornografi juga sudah begitu luar biasa merusak anak-anak kita. Di Indonesia, ibu-ibu, pada tahun 2014 saja ada sekitar 700 situs pornografi yang diblokir Kominfo. Meski banyak yang diblokir, pertumbuhannya pun tak henti sampai saat ini. Saat ini kalau kita tidak jeli dan hati-hati situs porno lama-kelamaan akan menghampiri anak kita, tanpa diminta sekalipun. Efeknya bagaimana ibu-ibu. Otak anak-anak kita rusak.
Pree Frontal Cortex (PFC) atau bagian otak yang membedakan antara manusia dengan hewan akan rusak ketika anak melihat pornografi. Padahal PFC adalah pusat nilai, moral, tempat di mana merencanakan masa depan, tempat mengatur manajemen diri. Bagian otak alis kanan atas inilah yang menentukan jadi apa seorang anak nantinya. Karena itulah PFC juga disebut direktur yang mengarahkan kita. Kalau bagian otak yang sudah penting rusak, apa bisa anak-anak kita ini membangun peradaban?
Kita juga dikepung kampanye dan propaganda LGBT yang begitu luar bisa menyasar anak-anak kita. Propaganda dan promosi LGBT di Indonesia masuk melalui media-media yang lekat dengan keseharian kita. Mereka masuk lewat media sosial yang kita pakai, film yang kita tonton, tayangan televisi yang kita lihat, buku-buku yang kita baca.
Dukungan perusahaan-perusahaan besar dunia dan public fugure dunia terhadap pernikahan sesama jenis secara tidak langsung juga mempropagandakan LGBT dan dampaknya sangat besar di Indonesia.
Saat ini, strategi yang akan digunakan gerakan LGBT di Indonesia adalah lewat pendekatan budaya dan kesenian (terutama budaya populer film, karya sastra, komik, dll) bahkan juga agama. Pendekatan budaya terbukti ampuh mengubah sikap dan perilaku masyarakat di Eropa dan AS dalam kurun 60an hingga 2000an. Peradaban apa yang hendak kita bangun, jika kita membiarkan praktik seks menyimpang ini merusak anak-anak kita.
Tantangan terakhir kekerasan terhadap anak baik fisik maupun seksual. Bayangkan ibu-ibu, dalam lima tahun terakhir saja, jumlah kekerasan terhadap anak di seluruh Indonesia menembus 21,6 juta kasus di mana 58 persen merupakan kekerasan seksual, dan yang membuat miris sebagain besar pelaku kekerasana seksual ini orang-orang yang dekat atau ada di sekitar kita. Kalau tadi narkoba kita dikatakan surga peredaran, maka kalau terkait kekerasan seksual anak, negera kita ini target para paedofil dunia.
Masih ingat kasus video porno yang melibatkan anak dan perempuan dewasa di Bandung??, itu pesanan paedofil warga negara kanada. Ada jaringan besar dari industri pornografi anak dan jaringan paedofil dunia di mana Indonesia masih mereka tempatkan menjadi salah satu sasaran. Belum lagi banyaknya kasus paedofil berkedok turis. Jadi para paedofil ini berpura-pura menjadi turis ke sebuah daerah padahal tujuannya untuk mencari korban.
Perabadan seperti apa yang kita bangun, jika anak-anak kita mengalami traumatis yang begitu berat akibat kekerasan fisik dan seksual.
Jadi tantangan ibu-ibu zaman now cukup berat. Bukan hanya pusing karena harga-harga naik, tetapi tantangan-tantangan yang saya urai barusan. Walau tugas melahirkan generasi berkualitas yang kelak akan membangun peradaban bangsa ini tanggung jawab semua, tetapi kitalah para muslimah, para ibu yang punya peran paling utama dan vital. Karena apapun itu, kitalah yang paling terdepan mengasuh anak-anak kita.
Apa yang saya sampaikan terkait kondisi dan tantangan-tantangan diatas, bukan pesan pesimis, tetapi untuk membangun kesadaran kita semua terhadap apa yang sedang kita hadapi sehingga kita senantiasa waspada dan punya strategi.
Tantangan yang kita hadapi ini juga dihadapi semua muslimah dan perempuan di dunia walau mungkin kadarnya berbeda-beda.
Sebagai orang tua buatlah diri kita ‘cerdas’. Cari informasi tentang miras, narkoba, LGBT, pornografi, kekerasan anak, sebanyak mungkin. Penuhi kepala dengan informasi tentang hal-hal ini sehingga kita paham ancaman seperti apa yang mengicar keluarga terutama anak-anak kita.
Buat diri kita punya wawasan luas sehingga kita lebih mudah merumuskan formulasi bagaimana melindungi anak-anak kita dari miras.
Jadi orang tua yang mengerti, paham dan bisa mempraktikkan pola asuh yang baik sesuai ajaran agama, adat istiadat, norma budaya dan sosial.
Pantau pergaulan anak. Karena semua musibah-musibah di atas salah satunya karena tuntutan pergaulan.
Tirulah bagaimana para nabi terutama nabi Ibrahim AS dan Muhammad SAW dalam menjaga ketahanan keluarga. Caranya sederhana KOMUNIKASI.
Selain itu juga perlu kritis untuk memperjuangkan isu-isu terkait anak dan keluarga. Berjuanglah demi keluarga sesuai potensi kita. Saya yang kebetulan dapat amanat sebagai senator saat ini terus berjuang akan RUU Anti Miras, RUU Ketahanan Keluarga, dan Pasal Pemidanaan Bagi Praktik LGBT dalam RUU KUHP disahkan.