Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap 7 April menjadi momentum evaluasi bagi masyarakat dunia terutama para pengambil kebijakan untuk lebih fokus kepada isu-isu kesehatan. Salah satunya adalah pola hidup tidak sehat yang menjadi penyebab utama kenaikan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti tekanan darah tinggi, stroke, jantung dan diabetes.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, pola hidup tidak sehat menjadi “biang” kenaikan prevalensi PTM secara global termasuk di Indonesia. Ancaman PTM yang semakin nyata ini harus semakin menjadi perhatian bersama karena di saat yang sama, juga dihadapkan pada tantangan ancaman polusi udara, akses air bersih, sanitasi layak, dan pengelolaan limbah.
“Merokok, konsumsi minuman beralkohol, kurang aktivitas fisik atau olahraga, serta kurang konsumsi buah dan sayur meningkatkan prevalensi PTM di semua lapisan kalangan masyarakat dunia termasuk di Indonesia. Di saat yang bersamaan, kita juga masih menghadapi tantangan kesehatan lain yaitu kondisi lingkungan yang tidak mendukung terutama ancaman polusi udara. Pola hidup tidak sehat masih jadi tantangan besar bidang kesehatan masyarakat kita,” ujar Fahira Idris di Jakarta (7/4).
Memang jika merujuk berbagai data, praktik pola hidup tidak sehat terus meningkat. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Jika merujuk data Global Youth Tobacco Survey (2019) prevalensi remaja perokok aktif di Indonesia tercatat sebesar 18.8%. Bahkan meningkat menjadi 22,04% jika merujuk data BPS tahun 2022.
Namun yang menjadi ‘kabar baik’ menurut BPS, konsumsi minuman alkohol orang Indonesia terus mengalami penurunan selama enam tahun terakhir. Pada 2017, rerata konsumsi alkohol tiap orang atau per kapita sebesar 0,54 liter, turun menjadi 0,48 pada 2018 dan kembali turun menjadi 0,41 pada 2019. Penurunan juga terjadi tiga tahun kemudian. Pada 2020, rerata konsumsinya menjadi 0,39 liter per kapita, turun menjadi 0,36 pada 2021 dan turun menjadi 0,33 liter per kapita 2022.
Problem lainnya, lanjut Fahira Idris adalah proporsi aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur orang Indonesia yang masih sangat rendah. Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun yang kurang melakukan aktivitas fisik jumlahnya meningkat dari 26,1% pada 2013 menjadi 33,5% pada 2018. Sementara jika merujuk pada data Sport Development Index (SDI) tahun 2022, tingkat kebugaran masyarakat Indonesia hanya 0,194%, dan tingkat Kesehatannya di 0,425%. Konsumsi buah dan sayur yang juga masih sangat rendah. Riskesdas 2018 mencatat sebanyak 95,5% orang Indonesia masih kurang mengonsumsi buah dan sayur dengan porsi yang cukup.
“Merokok, mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik dan mengonsumsi buah dan sayur menyebabkan peningkatan angka PTM di Indonesia. PTM ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal ekonomi karena memerlukan biaya tinggi untuk pengobatannya,” pungkas Fahira Idris yang juga Ketua Pengurus Provinsi DKI Jakarta Senam Tera Indonesia ini.#