Tempo.co – Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengatakan jumlah tenaga kerja Indonesia turun menjadi 40 persen selama lima tahun terakhir. Pada 2011, jumlahnya 586.802, sedangkan 2016 turun menjadi 234.451.
”Pengawasan tenaga kerja suatu hal yang sangat membanggakan sekali,” kata Fahira saat kunjungan di kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Senin, 13 Februari 2017.
Bahkan Fahira melihat sejak beberapa tahun lalu khusus di Sulawesi Selatan tak pernah mengirim pembantu atau TKI lagi. Itu karena peningkatan ekonomi semakin meningkat. “Meskipun ternyata di lapangan memang masih terdapat TKI ilegal dan penganiayaan. Inilah yang memang tak terdata,” tuturnya.
Karena itu, ujar Fahira, pihaknya akan membicarakan undang-undang terkait TKI karena banyak hal yang perlu direvisi.
Anggota Komite III DPD RI, Andi Muhammad Iqbal Parewangi, menyatakan pihaknya sengaja melakukan kunjungan di Sulawesi Selatan. Sebab, ada hal yang sangat menarik karena secara nasional jumlah TKI turun menjadi 40 persen dan Sulawesi Selatan turun mencapai 5 persen.
”Nah, untuk Sulsel itu turun tinggal 5 persen tenaga kerjanya. Kenapa TKI dari Sulsel berkurang, itu berarti kondisi Sulsel bagus sehingga tenaga kerja itu tidak perlu lagi untuk keluar. Ini kan menarik,” ucapnya.
Iqbal menyebutkan, sekarang ini jumlah TKI dari Sulawesi Selatan berkisar 904 orang dari jumlah 13.984 pada 2011. Selain itu, pelaporan kasus terhadap TKI Sulsel paling rendah dibanding provinsi lain.
”Memang tidak dimungkiri bahwa selalu ada kasus, seluruh provinsi ada kasusnya, tapi Sulsel kasusnya itu rendah. Ini menunjukkan Sulsel semakin menjanjikan,” tuturnya.
Pria asal Kabupaten Wajo ini mengatakan negara yang paling banyak dikunjungi TKI adalah Malaysia, Taiwan, Arab Saudi, Hong Kong, dan Singapura. Adapun TKI asal Sulsel tersebut dominan berasal dari Kabupaten Gowa, Bantaeng, Pinrang, Bulukumba, Bone, Jeneponto, Luwu, Soppeng, Kota Palopo, dan Kota Makassar.