Webinar Perjuangan Dakwah KH. Hasan Basri (1920 - 1998)
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta

Webinar Perjuangan Dakwah KH. Hasan Basri (1920 – 1998)

Assalamualaikum.wr.wb
Kepada Yth. Para Sahabat,

Saya Fahira Idris, dengan hormat ingin mengundang ke acara webinar SERI KAJIAN KAPITA SELEKTA DAKWAH, yg diadakan oleh Laboratorium Dakwah Pondok Pesantren Budi Mulia, Yayasan Shalahuddin Budi Mulia

Ayah saya, Bapak Fahmi Idris, akan bercerita tentang Ayah Mertuanya/ Kakek Saya, Alm. Bp. KH. Hasan Basri

UNDANGAN #Seri ke-38
KAPITA SELEKTA DAKWAH
Senin, 18 Oktober 2021,
Pukul 06:00-08:30 WIB

Perjuangan Dakwah
KH. HASAN BASRI (1920-1998)
Sesudah kemerdekaan diproklamasikan, Belanda bersikukuh menguasai Indonesia dengan melakukan politik pecah belah.

Di Kalimantan, Belanda mendirikan negara-negara bagian: Dayak Besar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

Dalam situasi demikian, KH. Hasan Basri bergabung ke dalam Dewan Banjar, dan memantapkan pilihannya: mendukung Negara Republik Indonesia.

Kalimantan Selatan menyatakan dirinya tetap menjadi bagian dari Negara RI yang ber-ibukota di Yogyakarta.
Dukungan rakyat Kalimantan Selatan kepada RI disampaikan langsung oleh KH. Hasan Basri dan Abdurrahman Siddik kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta di Malang. Bung Karno dan Bung Hatta memuji sikap rakyat Kalsel.

Sejak muda, KH. Hasan Basri dikenal pandai berpidato. Gaya dan isi pidatonya terilhami oleh Buya Hamka yang hadir dan berpidato pada perayaan kenaikan kelas Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Banjarmasin.

Sebagai siswa Tsanawiyah, KH. Hasan Basri tertarik dengan gaya pidato Buya Hamka. Diam-diam dia berdoa semoga bisa mengikuti jejak Buya Hamka, Bisa berceramah dan berpidato di depan umum.

Doa KH. Hasan Basri dikabulkan Allah subhanahu wa ta’ala. Pemerintah Kalsel memanfaatkan kemampuan orasi KH.

Hasan Basri untuk membangkitkan semangat rakyat mempertahankan kemerdekaan, dan mendukung RI.

Dengan tugas itu, KH. Hasan Basri berkeliling dan berpidato di depan umum, di berbagai daerah.

Kelak lulusan Sekolah Zu’ama Muhammadiyah Yogyakarta ini mendampingi Buya Hamka di *YPI Al-Azhar dan di MUI.

Pada 1950, KH. Hasan Basri ditunjuk oleh Partai Masyumi menjadi Anggota DPR RI Sementara mewakili Kalimantan Selatan.

Lima tahun kemudian pada Pemilu 1955 dia terpilih menjadi anggota DPR RI, juga dari Masyumi.

Pada Muktamar Masyumi 1959 di Yogyakarta, KH. Hasan Basri terpilih menjadi anggota Pimpinan Pusat.

Pada Muktamar GPII, 1955, di Surabaya, KH. Hasan Basri terpilih menjadi Wakil Ketua I, mendampingi Anwar Harjono yang terpilih menjadi Ketua Umum.

Di awal Orde Baru, bersama KH. Faqih Usman dan Anwar Harjono, KH. Hasan Basri menandatangani Nota Politik meminta Pemerintah supaya merehabilitasi Partai Masyumi.

Ketika usaha itu gagal, dan Pemerintah mengizinkan dibentuk Partai Muslimin, KH. Hasan Basri masih optimis dan mendukung. Akan tetapi, ketika pada 17 Oktober 1970, Partai Muslimin dibajak, pelan-pelan KH. Hasan Basri menarik diri dari partai politik.

Bersama senior dan teman-teman seperjuangannya, pada 1967 KH. Hasan Basri mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

Bersama KH. Taufiqurrahman, KH. Hasan Basri mengaktifkan Ikatan Masjid Indonesia (IKMI) yang menerbitkan majalah Suara Masjid dan Khutbah Jum’at.

Ketika pada 1975 dibentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Hasan Basri terpilih menjadi menjadi salah seorang pimpinan. *Sejak 1984 hingga akhir hayatnya, KH. Hasan Basri mengemban amanah sebagai Ketum MUI.

Dalam posisi sebagai Ketum MUI, KH. Hasan Basri mendukung penuh RUU Peradilan Agama, dan RUU Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam kapasitas sebagai Ketum MUI, KH. Hasan Basri juga memerakarsai terwujudnya perbankan tanpa bunga yang terwujud pada 1991, Bank Muammalat

Sebagai pimpinan MUI sekaligus pimpinan Dewan Da’wah, KH. Hasan Basri satu-satunya tokoh –bukan pejabat– yang dalam 24 jam bisa diterima oleh Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Muktamar Alam Islami, Mohammad Natsir, serta para pemimpin umat Islam lainnya.
KH. Hasan Basri adalah jembatan antara Pemerintah dengan umat Islam. Peran itu dilaksanakan dengan baik.

Kajian bersama:
● Dr. H. Fahmi Idris, SE, MH
Tokoh Angkatan 1966, dan Menantu KH. Hasan Basri
● Ust. Lukman Hakiem

Peminat Sejarah Perjuangan Bangsa, dan Aktivis dakwah seluruh Indonesia

🌐 Join Zoom Meeting

‣ Meeting ID: 321 123 1983

‣ Passcode: santri15

Live YouTube

Klik:

Laboratorium Dakwah
Pondok Pesantren Budi Mulia
Yayasan Shalahuddin Budi Mulia ||

Undangan boleh disebarluaskan

Related Posts

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!