Pembantaian sistematis terhadap warga minoritas muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar, tidak boleh disikapi cuma dengan seruan atau kutukan dari pemerintah Indonesia.
Militer di bawah rezim partai yang dibidani Aung San Suu Kyi membasmi orang Rohingya dengan dalih memberantas terorisme. Padahal, yang terjadi di depan mata adalah genosida.
“Muslim Rohingya sedang dimusnahkan dan ini terjadi tidak jauh dari Jakarta. Namun, yang keluar dari mulut pemerintah kita cuma seruan hentikan kekerasan dan keprihatinan. Kebiadaban mereka harus diprotes dengan aksi nyata. Usir Dubes Myanmar dan tarik Dubes kita. Tangguhkan semua kerjasama dengan Myanmar,” ujar politikus Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD RI), Fahira Idris, dalam keterangan persnya, Jumat (1/9).
Menurut dia, Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara bisa bersikap lebih keras terhadap Myanmar. Apa yang dilakukan Pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya sudah di luar batas kemanusian sehingga harus ada tekanan terutama oleh negara-negara Asean dan dunia. Rezim Aung San Suu Kyi, yang merupakan peraih nobel perdamaian, tak lebih baik bahkan lebih buruk dari junta militer yang dulu dilawannya.
“Ini ironi paling memalukan dalam sejarah perabadan modern manusia karena peraih nobel perdamaian yang sekarang menjadi penguasa diam saja melihat pembantaian di negaranya. Harus ada gerakan global untuk mengusut kekejaman militer Myanmar karena melakukan pembantaian terhadap Muslim Rohingya. Jika terbukti, mereka harus diseret ke pengadilan HAM internasional,’ ujar Fahira.
Menurut Fahira, para pendiri bangsa memerdekakan Indonesia bukan hanya agar bebas dari penindasan, tetapi juga agar bisa lantang dan bertindak tegas jika melihat penindasan dan kebiadaban terjadi di dunia, seperti diamanatkan pembukaan UUD 1945.
Itulah juga alasan mengapa hingga saat ini Pemerintah Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel karena kebiadabannya terhadap Palestina.
“Kita sudah 72 tahun merdeka. Sudah saatnya bangsa besar ini lebih tegas terhadap berbagai kebiadaban yang terjadi di dunia. Seruan saja tidak cukup. Negara seperti Myanmar sudah layak dikucilkan dari pergaulan negara-negara Asean dan internasional. Indonesia harus lantang menyuarakan hal ini,” pungkasnya. sumber
Salut…putuskan hubungan diplomatik apa ruginya