Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI atau Senator Daerah Pemilihan DKI Jakarta Fahira Idris mengatakan perempuan Indonesia harus bersyukur karena sudah mendapat hak-hak mereka di berbagai bidang. Salah satunya hak untuk mendapat pendidikan.
Menurut Fahira, hal ini tidak terlepas dari perjuangan perempuan-perempuan pada masa dahulu seperti Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau dikenal sebagai RA Kartini. Kendati demikian menurutnya, masih ditemukan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Karena itu, kata dia, pemerintah perlu membuka sumbatan yang menjadi ketimpangan gender di berbagai bidang. Selain itu, menurut Fahira perempuan juga perlu terus meningkatkan kualitas diri.
Law-justice.co secara khusus mewawancarai pandangan-pandangannya tentang perempuan Indonesia dan RA Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April. Berikut wawancara kami dengan Senator Daerah Pemilihan DKI Jakarta Fahira Idris:
1. Sosok Kartini di mata anda seperti apa?
Salah satu dari banyak tokoh perempuan Indonesia yang menginspirasi. Kalau dari pandangan saya, sumbangan terbesar Kartini bagi bangsa ini adalah dia mengajarkan kita bahwa pendidikan adalah satu-satunya kunci bagi siapa saja terutama perempuan untuk meraih kemajuan. Perempuan Indonesia patut bersyukur, perempuan-perempuan sebelum kita, termasuk RA Kartini sudah berjuang sedemikian keras untuk memperjuangkan hak-hak kita dan tentunya juga berjuang merawat ibu pertiwi ini agar bisa terus berjalan melawati kerasnya zaman.
2. Apa yang bisa diambil perempuan sekarang (zaman now) dari sosok Kartini?
Pertama, menjadi perempuan itu harus tangguh walau dalam kondisi sesulit apapun. Doa, upaya, dan ikhtiar yang tidak kenal lelah akan menghantarkan kita mengalahkan segala macam kesulitan. Kedua, Kartini memberi tahu kita bahwa menjadi perempuan juga harus siap menjadi agen perubahan baik di keluarga, lingkungan, dan masyarakat luas. Kartini menujukkan bahwa perempuan, apapun potensinya dan apapun kemampuan yang dimilikinya, harus bisa memberi manfaat bagi orang lain.
3. Siapa perempuan saat ini, menurut anda yang bisa dikatakan menjadi “Kartini” sekarang? Alasannya kenapa?
Sangat bayak ya. Saya tidak bisa menyebutkan nama. Tetapi pointnya, perempuan yang menjadi Kartini sekarang adalah perempuan-perempuan yang berkontribusi dan melakukan aksi nyata memperjuangkan isu-isu publik mulai dari kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, kesejahteraan keluarga, pemberdayaan masyarakat, sampai isu publik yang khusus misalnya narkoba, miras, pornografi, kekerasan anak, hingga propaganda LGBT sangat erat kaitannya dengan perempuan dan anak serta masyarakat luas.
4. Anda sebagai politikus (DPD), tantangan seperti apa perempuan dalam dunia politik?
Pada dasarnya tantangannya sama dengan semua wakil rakyat lain yaitu bekerja menyerap aspirasi rakyat dan menjadikan sebuah regulasi dan kebijakan negara yang mampu memudahkan rakyat dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Namun secara spesifik, saat ini perjuangan perempuan di parlemen dihadapi berbagai tantangan. Selain menjadi minoritas, harus diakui perempuan di parlemen saat ini belum punya agenda setting dan pemahaman isu-isu publik yang sama. Perempuan di parlemen saat ini juga jarang menempati posisi strategis mulai dari ketua fraksi, pimpinan komisi/komite, ketua panitia khusus (pansus), atau ketua panitia kerja (panja).
Kondisi seperti ini, berpotensi membuat rancangan regulasi terkait perempuan dan anak jadi terpinggirkan. Salah satu hal mendesak yang saat ini dihadapi perempuan di parlemen adalah bagaimana menyamakan frekuensi pemahaman terhadap isu-isu publik seperti kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, tenaga kerja, jaminan sosial dan isu-isu yang lebih spesifik mulai dari angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi baru lahir, perlindungan perempuan dan anak, isu tenaga kerja wanita, isu ketahanan kelauarga, narkoba, miras, dan lainnya.
5. Sebagai politikus perempuan, diskriminasi apa yang masih anda rasakan?
Alhamdulilah tidak ada diskriminasi yang saya rasakan.
6. Kalau secara luas, diskriminasi apa yang masih dirasakan perempuan di Indonesia?
Terminologi yang tepat menurut saya adalah masih ada bentuk ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Karena ‘ketimpangan’ ini fakta bukan lagi asumsi. Saat ini, masih ada ketimpangan antara perempuan dan laki-laki dalam mengakses sumber-sumber ekonomi dan belum optimalnya kebijakan negara untuk meningkatkan kiprah perempuan Indonesia dalam berbagai bidang pembangunan.
Misalnya, dalam bidang pembangunan ekonomi. Jika kita merujuk ke data Sukernas atau Survei Angkatan Kerja Nasional, BPS tahun 2015 ditemukan fakta bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan hanya 48,87 persen. Bandingkan dengan laki-laki yang mencapai 82,71 persen. Ini artinya akses perempuan Indonesia terhadap sumber-sumber ekonomi masih sangat terbatas dan sangat timpang. Padahal ketimpangan gender terutama dalam bidang ekonomi adalah salah satu faktor utama penghambat kemajuan nasional.
Di bidang pendidikan saja, baru 21,77 persen perempuan di Indonesia yang menamatkan SMA. Bandingkan dengan laki-laki yang sudah menembus angka 26,85 persen.
Dalam bidang politik, fakta terdekat hasil Pemilu 2014 lalu memperlihatkan kuota 30% keterwakilan perempuan di parlemen masih jauh dari harapan, bahkan semakin turun jika dibanding Pemilu 2009 di mana proporsi anggota perleman perempuan mencapai 18,2% sementara pada 2014 lalu hanya 17,3%. Sementara untuk DPD, hasil Pemilu 2014 lalu bahkan terdapat 11 provinsi yang sama sekali tidak ada calon perempuan yang terpilih. Porsi perempuan di DPRD baik di Provinsi dan Kab/Kota juga tidak mengembirakan.
7. Apa yang mesti dilakukan pemerintah dan perempuan Indonesia sendiri agar perempuan dapat berdiri sejajar?
Kebijakan yang perlu dirumuskan dan direalisasikan Pemerintah adalah membuka sumbatan sumber ketimpangan gender mulai dari ketimpangan gender dalam ekonomi dengan membuka seluas-luasnya akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi, akses terhadap pasar tenaga kerja, kondisi pasar tenaga kerja, dan kewirausahaan. Bagi perempuan ya tentunya terus tingkatkan kualitas diri.
8. Konsep sejajar antara perempuan dan laki-laki yang tepat menurut anda seperti apa?
Menjadi mitra dalam segala sektor kehidupan dan saling bahu membahu menyelesaikan berbagai persoalan publik atau masyarakat. Tetapi perempuan tetap tidak melupakan kodrat sebagai istri dan ibu rumah tangga jika sudah menikah.
9. Keterwakilan perempuan di Pilkada makin sedikit. Apa yang mesti dilakukan?
Ada dua sisi. Pertama semua kebijakan dan regulasi dijadikan daya dorong untuk terus meningkatkan tingkat keterpilihan perempuan di parlemen baik di Pusat maupun di Daerah.
Kedua, perempuan harus terus meningkatkan kualitasnya dalam bidang politik terutama memahami isu-isu publik dan merumuskan solusinya untuk ditawarkan kepada masyarakat. Terjun langsung ke rakyat, lihat persolan yang mereka hadapi, rumuskan solusi dan perjuangkan saat menjadi kepala daerah.
10. Era Pilkada dan Pilpres masyarakat semakin terpolarisasi dengan isu-isu agama. Apa yang bisa dilakukan perempuan Indonesia untuk merawat persatuan masyarakat?
Kalau dari pandangan saya, polarisasi isu-isu agama baik dalam pilkada dan pilpres tidak sepenuhnya tepat. Pointnya bagi perempuan dalam setiap perhelatan baik pemilu maupun pilkada adalah memilih calon yang mampu adil dan mengartikulasikan kebutuhan masyarakat terutama perempuan dan anak menjadi sebuah kebijakan. Pemimpin yang adil akan menghapus segala polarisasi.
11. Terakhir, bidang-bidang pekerjaan apa saja yang masih minim perempuan? apakah ke depan perlu dikejar dan ditempati perempuan? semisal di bidang tekonologi, kemaritiman dan lain-lain?
Saya rasa semua bidang pekerjaan masih perlu ditingkatkan peran perempuan di sana. Namun, saya yang berlatar belakang enterpreuner perempuan manyaksikan langsung betapa peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi dan ini sangat cocok menjadi fokus bagi kita kaum perempuan untuk mengoptimalkan diri di bidang ini.
Saya yakin keberpihakan kebijakan UMKM kepada perempuan dipastikan mampu mengurangi angka kemiskinan. Persoalannya, UMKM perempuan masih mengalami banyak permasalahan yang harus segera dicari solusinya oleh pemerintah. Untuk kita kaum perempuan, tentunya kuatkan dan maksimalkan potensi diri, niscaya kita akan bisa berperan besar untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. https://law-justice.co/fahira-idris-menjadi-perempuan-itu-harus-tangguh.html