Dalam sejarah Indonesia, organisasi kemasyarakatan (ormas) yang telah eksis sejak sebelum kemerdekaan menjadi kekuatan perjuangan meraih kemerdekaan. Ormas menghimpun kekuatan rakyat dan membangun nasionalisme kemerdekaan Indonesia. Peran ormas semakin signifikan dalam mengisi kemerdekaan. Bukan hanya menjadi pilar utama penanggulangan konflik sosial dan berpartisipasi dalam program pembangunan pemerintah, banyak ormas yang melakukan pembangunan sendiri secara mandiri yang manfaatnya langsung dirasakan rakyat di seluruh penjuru Indonesia.
Anggota DPD RI DKI Jakarta yang juga Ketua Umum Ormas Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Ormas Bang Japar) mengungkapkan, ormas menjadi salah satu elemen utama berdirinya bangsa ini. Sarekat Islam yang merupakan simbol pertama perlawanan rakyat terhadap kolonial adalah sebuah ormas yang concern terhadap pemberdayaan dan ekonomi umat. Budi Utomo yang concern pada pendidikan adalah ormas yang berisi para pemuda/mahasiswa kedokteran. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menjadi embrio kemerdekaan NKRI adalah berkat jasa besar ormas-ormas kepemudaan berbasis kedaerahan dan agama.
Bahkan, sambung Fahira, ormas-ormas besar seperti NU, Muhammadiyah dan ormas besar lainnya bukan hanya membantu Pemerintah dalam membangun bangsa, tetapi melakukan pembangunan bangsa secara mandiri. Berbagai ormas ini mendirikan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti sosial dan mempunyai banyak program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Jika melihat kiprah ormas di tanah air bahkan sebelum Indonesia merdeka, maka dapat kita simpulkan peran ormas dalam penanggulangan konflik sosial di masyarakat dapat dikatakan peran yang paling mendasar, menjadi khittah, fundamental atau bagian integral yang dimiliki semua ormas. Peran ormas sebagai juru damai konflik yang terjadi di masyarakat adalah sebuah keniscayaan,” ujar Fahira Idris di sela-sela Dialog Interaktif Manajemen Konflik dan Penanganan Konflik Sosial bagi Masyarakat di Jakarta Pusat yang digelar Suku Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jakarta Pusat (30/8).
Menurut Fahira, sebagai organisasi yang anggotanya adalah masyarakat warga negara serta memiliki kultur dan struktur yang dekat dengan keseharian masyarakat, ormas memiliki peran besar dalam suatu konflik sosial. Namun harus juga harus akui, peran ormas dalam penanggulangan konflik sosial begitu dinamis saat ini. Bahkan dapat dikatakan bagai dua sisi mata. Di satu sisi, ormas juga memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan cara damai, namun disisi lain kita tidak dapat dipungkiri masih ada ormas yang menjadi bagian dari sebuah konflik yang terjadi di masyarakat.
“Tentunya ini kenyataan ini harus kita terima sebagai media evaluasi dan kontemplasi agar warna dominan ormas adalah sebagai penyelesai konflik sosial, bukan pemicu. Agar konflik sosial tidak bersemai Pemerintah harus memastikan keadilan sosial hadir dan dirasakan rakyat. Jika keadilan sosial sudah dirasakan, maka peran ormas dalam menjaga ketertiban dan kedamaian, menumbuhkan budaya musyawarah dalam menyelesaikan berbagai konflik antaranggota masyarakat semakin bermakna. Pemerintah dan ormas harus saling berhubungan dan harus bekerja sama secara sinergis demi tercapainya tujuan bersama,” pungkas Fahira Idris. #