Jakarta, 28 Oktober 2019—Tiap jaman atau era melahirkan tantangan tersendiri bagi pemuda Indonesia. Sejarah juga mencatat berbagai tantangan jaman tersebut berhasil dijawab dengan baik oleh pemuda sejak jaman perjuangan dan pergerakan kemerdekaan (Sumpah Pemuda 1948; persiapan kemerdekaan 1945) hingga berhasil mengembalikan tujuan demokrasi saat gerakan Reformasi 1998. Namun, sejak merdeka hingga saat ini ada tantangan besar di Indonesia yang harus segera diselesaikan yaitu kesenjangan dan pemuda punya peran besar sebagai pengurainya dengan menjadi penggerak ekonomi.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, sebagai populasi terbesar di Indonesia, pemuda menjadi satu-satunya harapan untuk terus mendenyutkan ekonomi Indonesia dan sebagai penyangga untuk meretas ketimpangan yang semakin tajam. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun hingga 40 tahun di tahun 2020 diperkirakan berjumlah 83 juta jiwa atau 34 % dari total penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta jiwa.
“Jadi usia 20-40 ini adalah usia produktif yang akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia saat ini dan ke depan. Nah, salah satu cara paling efektif memperkecil kesenjangan adalah memperbanyak kelas menengah, memberdayakan kelas menengah, dan menguatkan kelas menangah. Dan saat ini, kelas menengah Indonesia didominasi kaum muda Indonesia. Semakin banyak kelas menengah Indonesia maka kesenjangan akan semakin turun,” tukas Fahira Idris, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (28/10).
Menurut Fahira, wajah Indonesia saat ini dan ke depan akan sangat ditentukan pertemuan tiga entitas diatas yakni kombinasi antara masyarakat urban, kelas menengah, dan millennial yang mayoritasnya—sekali lagi—adalah kaum muda. Kamu muda jika diberdayakan dan dikuatkan maka akan menjadi peretas kesenjangan di negeri ini.
“Ekonomi Indonesia akan ‘meroket’ jika Pemerintah saat ini mempunyai kebijakan dan solusi cerdas untuk menciptakan ekosistem memperbanyak lahirnya kelas menengah lewat pemberdayaan dan penguatan masyarakat terutama kaum muda. Namun, jika ekosistem ini tidak diseriusi, Indonesia sampai kapanpun tidak akan mengalami lompatan ekonomi,” ujar Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI ini.
Saat ini, tren positif menjadikan pemuda sebagai penggerak ekonomi sebenarnya sudah mulai menggeliat. Ekonomi atau industri kreatif yang tidak hanya terbukti tahan banting terhadap berbagai krisis, tetapi juga padat karya karena membuka banyak lapangan pekerjaan, didominasi kaum muda Indonesia. Saat ini ekonomi kreatif adalah sumber kekuatan ekonomi baru dibelahan dunia manapun.
“Kontribusi ekonomi kreatif yang digerakkan anak muda Indonesia sudah menyumbang 7,5 persen lebih terhadap PDB nasional. Namun, kita harus bisa menembus angka dua digit. Salah satu mempercepatnya adalah kita butuh UU Ekonom Kreatif yang sayangnya walau sudah masuk prolegnas 2014-2019, tetapi belum selesai sampai sekarang,” ujar Fahira Idris yang juga inisiator RUU Ekonomi Kreatif ini. #