Setelah penetapan dan pengundian nomor urut calon presiden/wakil presiden (capres/cawapres) pada 13 November 2023 mendatang, tahapan penting Pilpres 2024 selanjutnya adalah kampanye yang salah satu agenda utamanya adalah debat capres/cawapres yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Belajar dari gelaran debat capres-cawapres Pilpres sebelumnya, masih banyak hal yang harus dibenahi jika ingin debat pilpres kali ini lebih menarik dan mencerahkan rakyat.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, Debat Capres/Cawapres Pilpres 2024 harus dimanfaatkan KPU untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Oleh karena itu, penting bagi KPU untuk mengevaluasi gelaran debat pilpres-pilpres sebelumnya untuk kemudian melakukan kajian dan pengayaan agar Debat Capres/Cawapres Pilpres 2024 mampu memberikan pencerahan kepada publik.
“Jika KPU mampu memformulasikan Debat Capres/Cawapres Pilpres 2024 yang menarik dan mencerahkan maka akan mendongkrak tingkat partisipasi pemilih. Pemilih yang saat ini mungkin belum menentukan pilihannya atau berencana tidak memilih berpotensi akan mendatangi TPS untuk memilih jika debat capres/cawapres yang disajikan KPU berkualitas. Oleh karena itu, agar mencerahkan, debat capres/cawapres harus memenuhi setidaknya tiga unsur yaitu format, ketepatan tema/isu dan interaksi,” ujar Fahira Idris di Jakarta (8/11).
Menurut Fahira Idris, banyak sisi yang harus dievaluasi dari format gelaran debat capres/cawapres Pilpres 2019 lalu. Salah satunya format debat yang kurang beragam. Idealnya, selain debat satu lawan satu antarketiga capres/cawapres yang dipandu moderator yang membahas isu-isu umum, penting juga KPU menggelar debat panel di mana calon presiden disediakan forum untuk berdebat tentang sebuah isu khusus yang juga menghadirkan para pakar sebagai panelis. Debat panel ini penting untuk melihat sejauh mana pemahaman para capres tentang sebuah isu yang dihadapkan langsung dengan para pakarnya.
Unsur kedua yaitu tema atau isu. Jika melihat debat-debat pilpres sebelumnya, sering kali capres hanya menyentuh permukaan isu yang menjadi tema debat. Selain karena tema debat acap kali tidak tunggal, berbagai pertanyaan yang diajukan melalui moderator tidak tajam dan mendalam. Selain itu harusnya, isu-isu kekinian yang sangat krusial dan butuh penyelesaian segera, idealnya menjadi isu atau tema tunggal dalam debat sehingga publik benar-benar mendapat jawaban atau strategi yang konkret dari para capres bagaimana cara menyelesaikannya.
“Usur penting lainnya adalah debat Debat Pilpres 2024 harus melibatkan interaksi pemilih secara langsung. Dalam setiap debat harus ada sesi di mana pemilih dapat mengajukan pertanyaan langsung melalui berbagai saluran misalnya aplikasi pesan/percakapan/video, media sosial, atau surat elektronik, termasuk pertanyaan dari pemilih yang hadir langsung di lokasi debat,” pungkas Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta ini. #