Kesalahan Fatal Joshua dan Ge Pamungkas dari Aspek Hukum
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta
Kritisnya Komika Cerdas itu Biasanya Menyentil Orang Mapan & Berkuasa

Kesalahan Fatal Joshua dan Ge Pamungkas dari Aspek Hukum

Program stand up comedy lima tahun belakangan ini mendapat perhatian publik luas. Namun, acara yang seharusnya memberikan hiburan yang mendidik bagi masyarakat, justru kini berubah menyudutkan umat Islam di Indonesia. Seperti halnya materi lawakan yang dibawakan kedua komika yakni Joshua Suherman dan Ge Pamungkas yang terkesan mengolok-ngolok ayat Alquran.

Saya selaku senator DKI Jakarta menilai, kritik sosial mereka berdua bukan hanya keliru tetapi fatal karena sudah menimbulkan ketersinggungan kolektif dan diduga melanggar Undang-Undang dalam hal ini UU ITE Pasal 27 ayat 3 terkait penghinaan dan/atau pencemaran nama baik; Pasal 28 ayat 2 terkait dengan terkait muatan serta pasal yang terkait tindakan yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas SARA; dan atau Pasal 156a KUHP terkait tindakan mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.

“Mempersoalkan atau menjadikan perbedaan agama dalam satu kelompok vokal atau band sebagai bahan kritik sosial bukan hanya tidak faktual tetapi juga tidak berdasar. Banyak band besar dan kelompok vokal di Indonesia yang berbeda-beda agama dan tidak menjadi persoalan di masyarakat, tetapi oleh Joshua dijadikan materi untuk mendiskreditkan agama islam. Ini kan namanya asal saja. Asal ngomong yang penting orang tertawa,”

Apalagi kata Fahira, kalau dilihat videonya Komika yang bernama Joshua wajahnya begitu bergembira dan puas saat menyimpulkan salah satu personil girl band tidak popular karena agamanya bukan Islam, beda dengan temannya yang populer karena beragama Islam. Juga ucapannya yang mengatakan bahwa di Indonesia ini, ada satu hal yang tak bisa dikalahkan dengan bakat sebesar apapun yaitu mayoritas.

“Ini bagi saya lebih kepada sentimen pribadinya terhadap agama tertentu, bukan fakta yang faktual. Materi-materi lawakan seperti ini berbahaya, karena bisa memancing permusuhan,” Ujar Ketua Komite III DPD RI ini.

Begitu juga dengan komika yang bernama Ge Pamungkas tutur Fahira, yang mengambil petikan salah satu ayat dalam Al-Quran kemudian ‘menghardik’ isi ayat tersebut untuk menyampaikan ketidaksukaan terhadap orang-orang yang mengomentari banjir di Jakarta di dua masa gubernur yang berbeda. Selain tidak nyambung dan tidak relevan, mengutip ayat suci dalam materi lawakan bukanlah hal yang bijak. Menjadikan agama bahan tertawaan sama sekali tidak ada nilai kritik sosial apalagi nilai kreativitas.

#PressRelease

Related Posts

1 Response
  1. Wahyu Wijaya

    Bagaimana komentar Ibu Fahira Idris dengan materi yang disampaikan di video ini https://youtu.be/_f40Go4ZBkw. Apakah bukan merupakan sentiment pribadi kepada ras tertentu yang ada di Indonesia? Apakah tidak akan memancing permusuhan di dalam negeri khusisnya di Jakarta? Jika China yang dimaksudkan dalam video tersebut bukan ras tapi negara, faktanya negara China bukanlah negara pengaggresi negara lain.

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!