Hindari Isu SARA, Materi Agama & Ayat Suci sebagai Bahan Lawakan
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta
Hindari Isu SARA, Materi Agama & Ayat Suci sebagai Bahan Lawakan

Hindari Isu SARA, Materi Agama & Ayat Suci sebagai Bahan Lawakan

Materi lawakan dua komika yaitu Joshua Suherman dan Ge Pamungkas diduga menyudutkan umat Islam di Indonesia. Bahkan lontaran Ge Pamungkas yang diduga mengolok-ngolok ayat Al Quran sangat disayangkan Fahira Idris. Menurut Ketua Komite III DPD RI ini, figur publik harusnya lebih rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang mumpuni dalam menyampaikan kritik sosial dalam lawakan-lawakannya.

“Stand up comedy ini seperti kita ketahui bersama asalnya dari Barat, saat berkembang di Indonesia harus menyesuaikan dengan keyakinan, norma dan heterogenitas budaya yang ada di negeri ini. Kebebasan kita semua termasuk para komika dalam menyampaikan opininya adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan kita dilindungi dan dibatasi Undang-Undang. Saat kebebasan itu menimbulkan ketersinggungan kolektif, melanggar norma dan UU harus siap dan bertanggung jawab menghadapi konsekuensi sosial dan konsekuensi hukumnya,” Imbuh Fahira.

Ketua umum Bang Japar ini pun menyarankan kedua komika ini sering turun ke komunitas terpinggirkan di Jakarta, jika memang berkomitmen ingin sampaikan kritik sosial lewat lawakannya. Misalnya melihat kondisi korban gusuran di rumah-rumah susun atau kondisi nelayan yang terdampak reklamasi dan kondisi komunitas terpinggirkan lainnya.

“Banyak ketimpangan dan ketidakadilan di Jakarta dan di Indonesia ini yang bisa dijadikan materi kritikan sosial lewat stand up comedy. Tetapi kan banyak komika kita tidak memilih tema-tema seperti itu. Saya nggak tau, apa mungkin menganggap tema kritik-kritik seperti itu terlalu berat dibawakan atau menganggapnya tidak populer, atau malah takut,” Ujar Fahira.

Menurut Fahira, kalau memang ingin serius sampaikan kritik sosial, ya saksikan langsung ketimpangan yang terjadi. Tetapi jika ingin hanya asal kritik dan asal lucu saja, silahkan lanjutkan membuat materi berdasarkan sentimen dan imajinasi pribadi Anda. Namun, siap-siap juga menghadapi konsekuensinya. Sekali lagi saya tekankan, menjadikan agama bahan tertawaan sama sekali tidak ada nilai kritik sosial apalagi nilai kreativitas.

Terkait peloporan kasus ini oleh beberapa elemen masyarakat, Fahira pun mendukung, karena membawa persoalan ini ke jalur hukum adalah cara yang paling beradab dalam menyelesaikan dugaan-dugaan pelanggaran hukum.

“Saya sarankan untuk kedua komika ini berlakulah rendah hati dan mengakui kesalahan dan meminta maaf secara terbuka ke seluruh umat Islam serta ikuti proses hukum jika memang kasus ini dibawa ke ranah hukum,” Cetus Fahira.

#PressRelease

Related Posts

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!