Salah satu dampak besar dari pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini adalah terganggunya gerak laju dunia pendidikan di Indonesia. Pandemi Covid-19 tidak memungkin siswa dan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) secara maksimal atau harus dilakukan terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat. Pembelajaran jarak jauh yang menjadi pilihan paling rasional selama pandemi tentunya mempunyai kelemahan. Salah satunya kemampuan dan pengalaman belajar tidak akan diperoleh siswa secara maksimal. Oleh karena itu, upaya penanggulangan pandemi di Indonesia yang saat ini trennya cukup baik harus terus dipertahankan agar semakin terkendali sehingga secara berangsur-angsur proses belajar mengajar terutama yang sifatnya tetap muka bisa semakin maksimal diterapkan.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, panjangnya durasi pengendalian pandemi Covid-19 berdampak nyata pada kemampuan anak dalam mengeksplorasi pengetahuan. Pembelajaran tatap muka yang salah satu tujuannya menumbuhkan daya kreatif siswa mengeksplorasi pengetahuan, membentuk karakter siswa untuk saling bekerja sama, media rekreasi dan refreshing yang menyenangkan bagi anak saat belajar serta muaranya kepada pembentukan karakter tentunya tidak akan berjalan maksimal selama pandemi masih berlangsung. Selain itu, isu krusial lainnya selama pandemi ini adalah peningkatan angka anak putus sekolah karena pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi masih melanda.
“Jika pandemi semakin terkendali, dunia pendidikan akan kembali berlari. Jadi sebenarnya selain menyelamatkan ekonomi, kepentingan utama kita untuk segera mengendalikan pandemi ini adalah menyelamatkan keberlangsungan dunia pendidikan kita. Alhamdulilah, seiring turunnya kasus positif, PTM Terbatas dibanyak daerah sudah mulai diterapkan. Walau sifatnya masih hybrid (kombinasi PJJ dan Tatap Muka) ini menjadi pondasi yang baik bagi kita agar secara berangsur PTM di masa pandemi ini bisa berjalan lebih maksimal baik. Salah satu isu krusial yang harus sama-sama menjadi perhatian kita semua adalah merumuskan strategi yang efektif agar tidak ada anak yang putus sekolah akibat pandemi ini. Mudah-mudahan pandemi semakin terkendali dan kita bisa segera menata kembali dunia pendidikan kita,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta (20/9).
Menurut Fahira, di banyak daerah yang status PPKM berada di level 1-3 pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah berjalan beberapa pekan. Tentunya semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan mengharapkan PTM Terbatas ini mampu menjadi pondasi yang kuat agar secara berangsur pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini bisa berjalan lebih maksimal baik dari sisi kuantitas hari belajar dan maupun dari sisi kualitas penerapan protokol kesehatan. Agar PTM terbatas ini mampu menjadi pondasi yang kuat maka sangat penting dilakukan evaluasi secara berkala oleh masing-masing kepala daerah baik evaluasi PTM itu sendiri maupun evaluasi kondisi pandemi di daerah masing-masing.
“Jika tren penurunan kasus positif terus terjadi secara signifikan ditambah cakupan vaksinasi secara nasional juga sudah tinggi maka berbagai persiapan untuk lebih memaksimalkan PTM bisa mulai dilakukan tetapi tetap menjadikan protokol kesehatan dan keselamatan siswa dan tenaga pendidik menjadi indikator utama. Oleh karena itu, setiap kebijakan relaksasi terutama terkait pembelajaran tatap muka harus melalui evaluasi secara berkala oleh masing-masing daerah dan mencermati dengan teliti situasi pandemi di wilayah masing-masing,” pungkas Fahira Idris. #