Peringatan Hari Buku Nasional sekaligus HUT Perpustakaan Nasional RI yang diperingati setiap tanggal 17 Mei diharapkan menjadi momentum untuk mengevaluasi dan mencari solusi penguatan ekosistem dan industri buku tanah air. Pasalnya, jumlah produksi buku nasional yang diterbitkan rata-rata per tahun masih memperihatinkan. Data BPS menyebut jumlah terbitan sejak 2015-2020 sebanyak 404.037 judul buku dengan jumlah penerbit aktif secara nasional sebanyak 8.969 penerbit. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia menghasilkan rasio sebanyak 1:514.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, walau, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat dan juga negara dengan wilayah terluas di dunia, tetapi tidak diikuti dengan pertumbuhan dan penyebaran buku yang baik. Jumlah produksi buku nasional yang diterbitkan rata-rata per tahun sangat timpang dengan jumlah penduduknya. Ketimpangan semakin besar karena distribusi buku yang kebanyakan masih beredar di Pulau Jawa.
“Saat ini negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Prancis, dan Jerman merupakan negara yang mendominasi penerbitan buku dunia. Langkah ini kemudian disusul oleh Rusia, Spanyol, China, India dan Mesir. Buku menjadikan mereka menguasai ilmu pengetahuan dan bertransformasi menjadi negara maju. Ini artinya, jika Indonesia ingin jadi negara maju, kuatkan dulu industri buku nasional,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (17/5).
Menurut Senator Jakarta ini, penting dan strategisnya kedudukan buku sebagai sumber pengetahuan mendorong banyak negara berpacu mengembangkan industri buku. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga untuk keperluan dunia atau negara lain seperti Indonesia yang industri bukunya belum maju.
Di India misalnya, harga buku bahkan dari penerbit internasional dan ternama sangat murah. Tidak ada pajak buat penerbitan buku. Hasilnya, India menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia. Sumber daya mereka terutama dalam bidang IT dan kedokteran tersebar di seluruh dunia.. Bahkan Jepang juga menjadi penguasa teknologi dunia karena pemerintahnya punya program menerjemahkan berbagai buku dari dunia Barat kemudian dijual dengan harga yang cukup murah. Industri buku yang maju, menjadikan negara-negara tersebut menguasai ilmu pengetahuan.
“Kita harus akui, industri buku di Indonesia belum berkembang secara memadai, baik secara budaya, politik, ekonomi, maupun hukum sehingga industri buku juga masih lemah. PR kita ke depan adalah bagaimana melahirkan ekosistem perbukuan yang kuat baik dari segi penciptaan, penerbitan, pencetakan, pendistribusian, perdagangan, pengimporan dan pengeksporan, penggunaan, pengadaan, penghargaan, kelembagaan, pengawasan dan perlindungan,” ujar Fahira Idris. #