Dianugerahi Pahlawan Nasional, Fahira Idris: Filosofi dan Konsep Pendidikan Rahmah El Yunusiyah Menumbuhkan Generasi Emas
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta

Dianugerahi Pahlawan Nasional, Fahira Idris: Filosofi dan Konsep Pendidikan Rahmah El Yunusiyah Menumbuhkan Generasi Emas

Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta yang juga aktivis perempuan Fahira Idris mengatakan, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Rahmah El Yunusiyah oleh Presiden Prabowo Subianto pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025 membawa kebanggaan yang mendalam. Gelar pahlawan ini, bukan hanya bentuk penghormatan kepada seorang tokoh perempuan luar biasa dari Minangkabau, tetapi juga pengingat kuat bahwa pendidikan dengan nilai rahmah (kasih sayang), kemandirian, dan kemanusiaan seperti yang dirintis Rahmah El Yunusiyah sangat relevan untuk menjawab tantangan pendidikan karakter hari ini.

“Rahmah El Yunusiyah bukan sekadar pendidik, ia adalah reformator pendidikan Islam, pejuang kemerdekaan, dan simbol emansipasi perempuan Indonesia. Saya sangat mengapresiasi Presiden yang akhirnya menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh yang jasanya luar biasa bagi bangsa ini. Model pendidikan yang beliau rintis adalah warisan besar bangsa yang bisa jadi solusi tantangan pendidikan kita hari ini yaitu menumbuhkan generasi emas,” ujar Fahira Idris yang juga Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) Departemen Bundo Kanduang, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (11/11).

Dalam pandangan Fahira Idris yang juga pemerhati pendidikan ini, filosofi pendidikan Rahmah El Yunusiyah menawarkan nilai-nilai universal yang sangat relevan bagi transformasi pendidikan karakter di Indonesia. Ada tiga nilai kunci yang menjadi fondasinya. Pertama, pendidikan dengan rahmah (kasih sayang dan keteladanan). Rahmah El Yunusiyah percaya guru bukan sekadar pengajar, tetapi penuntun jiwa. Pendidikan yang berakar pada kasih sayang melahirkan manusia berempati, bukan hanya cerdas kognitif.

Kedua, keadilan sosial dan kesetaraan gender. Dalam konteks zamannya, Rahmah adalah sosok visioner. Ia menolak diskriminasi perempuan dalam pendidikan dan meyakini bahwa perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun bangsa. Prinsipnya sejalan dengan nilai Islam yaitu menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.

Ketiga, kemandirian dan relevansi sosial pendidikan. Hal ini dipraktikkannya dengan menolak untuk tergantung pada kekuasaan kolonial dan mempraktikkan model pendidikan yang mandiri secara finansial dan sosial. Kurikulum Diniyyah Puteri juga mengajarkan keterampilan praktis agar peserta didik siap menghadapi dunia nyata. Di era modern, semangat ini menjadi sangat relevan bagi tantangan kemandirian pendidikan nasional dan penguatan karakter generasi muda.

“Visinya sederhana tapi visioner yaitu mendidik perempuan berarti mendidik sebuah bangsa. Bagi Rahmah, pendidikan perempuan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi tentang membentuk karakter, kemandirian, dan akhlak mulia. Karena itu, kurikulum Diniyyah Puteri tak hanya berisi pelajaran agama, tapi juga keterampilan hidup untuk menumbuhkan perempuan yang mandiri, berdaya, dan mampu berperan di ruang publik maupun domestik,” ungkap Fahira Idris.

Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, menurut Fahira Idris, Rahmah El Yunusiyah adalah sosok perempuan yang perjuangan lengkap bagi bangsa ini. Perannya tak berhenti di bidang pendidikan. Saat revolusi kemerdekaan, Rahmah turut mendirikan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan bahkan ikut bergerilya membantu perjuangan rakyat Padang Panjang.

Kiprahnya juga melintasi batas dunia. Tahun 1957, Rahmah diundang ke Universitas Al-Azhar Kairo dan menjadi perempuan pertama di dunia yang menerima gelar kehormatan “Syaikhah.” Dari sana, Al-Azhar terinspirasi membuka fakultas khusus perempuan, Kulliyyat Al-Banat Al-Islamiyyah. Sebuah tonggak sejarah pendidikan Islam global yang lahir dari tanah Minangkabau.

“Konsep pendidikan berbasis kasih sayang dan akhlak, ditopang kemandirian lembaga serta kesetaraan gender, bisa menjadi model pendidikan karakter bangsa. Jika diterapkan dalam sistem pendidikan nasional, filosofi Rahmah El Yunusiyah dapat menumbuhkan generasi emas Indonesia 2045 yang berjiwa pemimpin, berdaya saing global, namun tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsa,” pungkas Fahira Idris. #

Related Posts

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!