Kapanlagi.com – Dampak globalisasi mulai tak terbendung. Serbuan budaya asing yang masuk melalui makanan, fesyen, film, dan televisi mulai mempengaruhi kehidupan masyarakat. Terlebih pemerintah serta pemilik media tidak serius dan lemah menghadapi hal ini.
Sementara lembaga yang mengawasi penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kurang diberikan kewenangan soal punishment. Karena itu Pembina Masyarakat TV Sehat Indonesia, Fahira Idris meminta masyarakat lebih waspada dan cermat dengan tontonan saat ini.
“Masyarakat terutama orangtua khawatir. Mereka sekarang dalam tahap khawatir. Karena itu kita harus lawan karena kekuatan tersebut ada pada kita,” tegasnya.
Secara khusus kepada Kapanlagi.com, ia menyarankan agar masyarakat sudah waktunya bergerak. Tak sekedar dengan suara tapi aksi nyata. Jika perlu datangi pihak yang dianggap melakukan pelanggaran.
“Masyarakat mesti bergerak. Ini bisa dibuktikan. Jangan cuma grendeng tapi nggak bergerak dan beraksi. Sama aja nothing. Jika tidak maka keterbelakangan kita akan terjadi terus tanpa ada usaha,” paparnya di sela Kongres Kemandirian 2014 Dompet Dhuafa di Gedung Patra Jasa Jakarta.
Malah ia bersama praktisi, akademisi dan tokoh menyepakati adanya sosial movement untuk menangani persoalan tersebut.
“Kita sudah sepakati itu. Masyarakat harus in power. Sehingga mereka tahu kalau pelanggaran. Karena yang dilanggar sudah ada peraturannya. Kalau sudah begitu maka akan bergerak untuk menolak. Nggak usah tunggu pemerintah, itu nggak akan jalan,” pungkas wanita yang baru saja terpilih jadi anggota DPD RI ini.