Kekerasan Perempuan dan Anak Tidak Menjadi Subtema Debat Pilpres, Fahira Idris: Padahal Isunya Sangat Krusial
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta

Kekerasan Perempuan dan Anak Tidak Menjadi Subtema Debat Pilpres, Fahira Idris: Padahal Isunya Sangat Krusial

Anggota DPD RI Fahira Idris menyayangkan isu kekerasan perempuan dan anak tidak menjadi salah satu bahasan atau subtema Debat Pilpres 2024. Padahal untuk konteks Indonesia tindak pidana kekerasan terhadap anak dan perempuan masih menjadi persoalan krusial karena angkanya masih tinggi. Bukan hanya itu, dalam jangka menengah dan panjang, jika persentase kekerasan terhadap anak dan perempuan di Indonesia terus meningkat maka derajat kehidupan masyarakat yang berkualitas sebagai salah satu ciri negara maju tidak akan pernah tercapai.

Menurut Fahira Idris yang juga aktivis perempuan ini, tidak dimasukkannya persoalan kekerasan perempuan dan anak sebagai subtema Debat Pilpres 2024, mengonfirmasi bahwa isu ini belum sepenuhnya menjadi arus utama baik dalam kebijakan negara maupun dalam diskursus publik. Padahal, tindak pidana kekerasan terhadap anak dan perempuan adalah persoalan yang sehari-hari dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan dihadapi masyarakat.

Perempuan dan anak, lanjut Fahira Idris adalah kelompok paling rentan dalam komunitas masyarakat. Namun, perempuan dan anak jugalah yang menjadi kunci kemajuan Indonesia. Jumlah perempuan yang hampir mendekati 50 persen total penduduk Indonesia adalah kekuatan penting kemajuan sebuah bangsa oleh karena itu harus dilindungi dan diberdayakan. Sementara melindungi anak-anak Indonesia dari segala macam tindak kekerasan artinya memastikan Indonesia kedepan diisi oleh generasi-generasi penerus yang tangguh.

“Saya menyayangkan isu kekerasan perempuan dan anak tidak menjadi salah satu bahasan atau subtema Debat Pilpres 2024. Padahal isunya sangat krusial. Indonesia tidak akan pernah menjadi negara maju selama angka kekerasan terhadap perempuan dan anak masih tinggi. Generasi emas Indonesia tidak akan pernah datang selama perempuan dan anak masih dibayangi kekerasan psikologis, fisik apalagi seksual. Besarnya populasi perempuan adalah daya ungkit kemajuan bangsa ini. Sedangkan anak-anak yang terbebas dari kekerasan menjadi jalan Indonesia Emas 2045,” ujar aktivis perlindungan anak ini di Jakarta (30/12).

Fahira Idris mengungkapkan, salah satu isu krusial terkait perlindungan anak yang patut mendapat perhatian capres/cawapres adalah menyiapkan blueprint perlindungan anak Indonesia yang progresif untuk mempercepat aksi-aksi komprehensif mencegah tindak pidana kekerasan terhadap anak.  

Sementara untuk perempuan, salah satu isu krusialnya adalah program dan aksi pencegahan segala bentuk kekerasan, menangani, melindungi, dan memulihkan korban serta melaksanakan penegakan hukum serta mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual. Selain itu isu pemberdayaan perempuan yang selama ini belum maksimal harus terus dioptimalkan.

“Satu hal yang juga harus menjadi pemahaman bersama adalah kekerasan terhadap anak dan perempuan adalah fenomena gunung es di mana kasus yang terjadi lebih tinggi daripada yang terlaporkan. Artinya siapapun presiden kedepan harus punya program-program progresif mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan,” pungkas Fahira Idris yang juga Caleg DPD RI Dapil DKI Jakarta ini. #

Related Posts

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!