Apresiasi patut disematkan kepada TNI Angkatan Laut khususnya awak KRI Sigurot-864 dan BNN yang telah berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu di wilayah perairan Batam, Kepulauan Riau oleh kapal MV Sunrise Glory.
Berdasarkan hasil pengembangan, narkotika golongan I jenis sabu yang ada di dalam kapal MV Sunrise Glory ini ternyata mencapai 3 ton. Penangkapan ini menandakan perairan Indonesia masih menjadi jalur favorit peredaran narkoba internasional di mana Indonesia juga masih menjadi negara target peredarannya.
Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, satu dekade terakhir ini peredaran narkoba di Indonesia sudah mencapai titik paling kritis sepanjang sejarah republik ini. Tidak hanya menjadi alat perusak generasi muda, narkoba sudah menjadi ancaman bagi ideologi pancasila dan ketahanan nasional bangsa.
“Saya memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada TNI AL dan BNN atas upaya yang tidak kenal menjaga wilayah perairan Indonesia dari penyeludupan berton-ton narkoba yang secara tidak langsung juga menyelamatkan banyak nyawa di Indonesia,” ujar Fahira di Jakarta, Selasa (13/2).
Fahira berharap aksi penggagalan penyeludupan berton-berton narkoba ini mengirim pesan kuat kepada jaringan pengedar narkoba di dunia bahwa Indonesia bukanlah surga, tetapi sudah menjadi neraka bagi pengedar para narkoba.
“Memang kondisi geografis kita yang banyak pulau, pantai, dan pelabuhan-pelabuhan kecil menjadi keuntungan bagi jaringan pengedar narkoba. Tantangan kita semakin berat saat hukum belum sepenuhnya tegas dan masih ada oknum penegak hukum yang masih berani bermain-main dengan kasus narkoba. Kita harus segera atasi berbagai tantangan ini sehingga Indonesia benar-benar menjadi ‘neraka’ bagi para pengedar narkoba,” tukas Fahira.
Menurut Fahira, selain lebih intensif melakukan pengawasan di sepanjang wilayah perairan, modernisasi peralatan atau teknologi dan senjata penegak hukum menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk menghadapi kekuatan jaringan narkoba internasional yang memang menjadikan laut sebagai jalur utama penyeludupan narkoba. Seperti yang kita ketahui bersama, para mafia-mafia narkoba saat ini sudah mulai melengkapi kapal-kapal mereka dengan peralatan yang canggih sehingga komunikasi antar mereka sulit disadap oleh kapal-kapal penegak hukum Indonesia.
Selain itu, cara yang paling efektif untuk menjadikan Indonesia ‘neraka’ bagi para pengedar narkoba adalah penegakkan hukum yang tegas dan konsisten. Hingga saat ini masih banyak bandar narkoba yang sudah masuk daftar terpidana mati tetapi tidak kunjung dieksekusi. Konsekuensi dari penegakan hukum yang tidak tegas dan konsisten ini sangat kontraproduktif dan berdampak buruk terhadap jihad bangsa ini melawan narkoba.
“Lihat saja, di Lapas mereka masih berani menjalankan bisnisnya mengedarkan narkoba. Belum lagi yang membuat kita sangat miris, masih ada oknum aparat penegak hukum yang berani menjadi pengedar narkoba. Selama persoalan-persoalan ini tidak kita tuntaskan, Indonesia tidak akan penah jadi neraka bagi pengedar narkoba,” pungkas Fahira. Rmol.co