Fahira : Atasi Kesenjangan Dengan Menguatkan Kaum Muda & Memperbanyak Kelas Menengah
Senator Dapil DKI Jakarta
Senator Dapil DKI Jakarta
Fahira Idris anggota MPR RI DPD RI

Fahira : Atasi Kesenjangan Dengan Menguatkan Kaum Muda & Memperbanyak Kelas Menengah

Alhamdulillah, Saya hadir dan menjadi salah satu narasumber di Talkshow JCI dengan tema “Perdamaian dan Toleransi, Merawat Keutuhan dan Kesatuan Bangsa di tengah Perbedaan”

Bagi Saya tema yang diangkat adalah tema yang memang harus terus kita diskusikan karena kerukunan antarwarga itu memang harus terus dirawat agar keakraban kita terus melekat dan hangat.

Bicara keutuhan dan kerukunan kehidupan berbangsa, tentu tidak dapat dilepaskan dari keberagaman dan kebhinekaan kita sebagai sebuah bangsa.

Bagi Saya keberagaman dan kebhinekaan kita adalah anugerah. Namun, ada narasi terkait kebhinekaan yang perlu kita luruskan yaitu narasi atau jargon “memperjuangkan kebhinekaan”.

Bagi Saya, kebhinekkaan itu tidak perlu diperjuangkan karena kebhinekaan adalah fakta yang memang sudah ada sejak pulau-pulau yang dulu bernama nusantara bersatu dalam sebuah negara bernama Indonesia hingga detik ini.

Persoalan kebhinekaan bagi Saya sudah selesai. Embrio kebhinekaan lahir pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan selesai saat para pendiri bangsa ini menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan.

Itulah alasannya bahwa yang harus kita perjuangkan saat ini, terutama para pemuda adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa .Itulah makna sesungguhnya dari bhineka tunggal ika yaitu berbeda-beda tapi tetap satu. Berbeda tapi satu itu artinya persatuan.

Saat ini kita sering bicara kebhinekaan, tetapi tunggal ika-nya kita lupa. Kita asyik bicara bhineka atau perbedaan, tapi lupa memperjuangkan persatuan, baik persatuan antarwarganegara maupun mempertahankan keutuhan wilayah republik ini dari Sabang sampai Merauke.

Sahabatku, bangsa ini merdeka dan bersatu bukan pemberian atau hadiah dari penjajah. Namun, merdeka dan bersatu hasil keringat, air mata, dan darah para pejuang. Menjaga persatuan adalah kewajiban konstitusional setiap waga negara. Generasi muda, para pelajar dan mahasiswa adalah garda terdepan penjaga persatuan bangsa ini.

Namun seiring perjalanan waktu tantangan menjaga persatuan bangsa besar yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau ini dan didiami sekitar 1340 suku bangsa semakin berat saja.

Sahabatku, Saya akan lebih fokus pada kesenjangan dalam kaitannya dengan keutuhan dan kerukunan atau persatuan bangsa.

Bukan berarti persoalan lain seperti perbedaan agama, suku, dan ideologi politik tidak menjadi tantangan persatuan, tetapi sekali lagi bagi Saya persoalan kesenjangan, saat ini menjadi tantangan utama persatuan kita.

Memang persoalan kesenjangan menjadi persoalan panjang bangsa kita sejak merdeka tahun 1945 hingga detik ini. Setiap pemimpin bangsa ini, terus berusaha meretas kesenjangan karena kesenjangan terutama ekonomi adalah persoalan krusial. Tidak hanya ada Indonesia, negara-negara lain di dunia juga mengalamin tantangan kesenjangan.

Sejak negeri ini merdeka hingga sekarang ketimpangan antara kaya dan miskin di Indonesia memang menjadi PR kita persama karena masih merentang lebar.

Pada 2017, Lembaga swadaya masyarakat Oxfam dan International NCO Forum on Indonesia Development mencatat, harta empat orang kaya di negara ini sama dengan harta yang dimiliki oleh sekitar 100 juta orang miskin.

Menurut Oxfam dan INFID, harta empat orang terkaya di Indonesia mencapai 25 miliar USD atau setara 333 triliun rupiah. Sedangkan total kekayaan 100 juta penduduk Indonesia sebesar 24 miliar USD setara 320 triliun rupiah. Bahkan bunga yang didapat dari kekayaan orang terkaya di Indonesia mencapai 1000 kali jumlah uang yang dibelanjakan penduduk miskin selama setahun. Ini kan persoalan besar!!!

Kesenjangan lain yang juga sejak dulu sudah bersemai dan hingga saat ini masih menjadi PR besar bangsa kita adalah kepemilikan lahan. Data INDEF menyimpulkan dalam satu dekade terakhir, ketimpangan kepemilikan lahan di Indonesia menjadi tantangan besar karena kesenjangan sangat lebar.

Kesimpulan INDEF dikuatkan Ombudsman RI, bahwa penguasaan kepemilikan lahan di Indonesaia saat ini hanya dipegang segelitir orang saja sektiar 0,2%. Segelintir orang itu memonopoli jutaan hektar atau 74 persen luas tanah, termasuk perusahaan-perusahaan besar di negeri ini.

Ketimpangan kepemilikan lahan juga merupakan ancaman bagi persatuan kita. Penguasaan lahan oleh segelintur orang picu konflik agraria dan ini harus kita hindari jangan sampai terjadi.

Sahabatku, kesenjangan itu berkorelasi langsung dengan keadilan sosial. Bangsa sebesar dan sekuat apapun, jika keadilan sosialnya terganggu sangat rentan melahirkan berbagai konflik bukan hanya konflik antarsesama warga negara tapi juga konflik antar masyarakat dengan pemerintah. Makanya ini PR besar kita bersama.

Keadilan sosial sangat penting karena dari sinilah akar persatuan kita sebagai sebuah bangsa akan kuat dan menumbuhkan pohon-pohon ketahanan bangsa. Itulah alasannya Pancasila ditutup dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalil yang ingin Saya sampaikan pada kesempatan ini adalah, tantangan utama keutuhan dan kerukukan bangsa kita berupa kesenjangan.

Keberagaman yang menjadi kekuatan kita akan pecah dan melahirkan konflik jika terjadi gap yang besar antara kelas atas, menengah dan bawah di Indonesia. Ini harus kita cegah bersama.

Dalil Saya selanjutnya adalah pemuda punya peran besar meretas kesenjangan ini Artinya pemuda punya peran signifikan menjaga keutuhan bangsa ini.

Kenapa pemuda punya peran besar?

Karena salah satu cara paling efektif memperkecil kesenjangan adalah memperbanyak kelas menengah, memberdayakan kelas menengah, dan menguatkan kelas menengah. Dan saat ini kelas menengah Indonesia didominasi kaum muda Indonesia. Semakin banyak kelas menengah kesenjangan akan semakin menurun.

Sahabatku, kelas menengah menjadi salah satu lokomotif penggerak ekonomi di Indonesia, karena kekuatan daya belinya. Menurut Asian Development Bank kelas menengah sendiri adalah kelompok penduduk yang memiliki pengeluaran 2 USD hingga 20 USD per hari.

Sahabatku, Saya meyakini setiap pemerintah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang, siapaun presidennya mengimplementasikan program-program pembangunan untuk meretas kesenjangan di masyarakat.

Kebijakan pemerintah menciptakan ekosistem untuk memperbanyak lahirnya kelas menengah lewat pemberdayaan dan penguatan masyarakat terutama kaun muda sangat penting karena pemerintahlah yang mempunyai sumber daya lengkap untuk itu.

Namun sebagai kaum muda kita juga tidak harus tergantung terhadap kebijakan pemerintah saja. Kelas menengah yang didominiasi kaum muda akan semakin besar dan menguat jika mampu berpikir dan bertindak kreatif. Terbiasa berpikir out of the box kaya akan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan itu dengan cemerlang.

Karena dari kreatifitas inilah akan muncul peluang-peluang baru yang tidak hanya sekedar menjadi profesi, tetapi mampu menciptakan lapangan kerja bagi golongan masyarakat lain.

Trend positif saat ini sudah ada. Ekonomi dan industri kreatif tidak hanya terbukti tahan banting terhadap berbagai krisis, tapi juga padat karya karena membuka banyak lapangan pekerjan yang didominasi kelas menengah dan kaum muda Indonesia. Saat ini ekonomi kreatif jadi sumber kekuatan ekonomi baru dibelahan dunia manapun.

Namun kontribusi ekraf kita masih berkutat di angka 7 persen. Itulah alasannya saat menjadi senator Saya ngotot RUU Ekonomi Kreaitf harus masuk prolegnas dan mulai dibahas tahun 2018,walau hingga kini masih dalam pembahasan.

Bagi Saya UU itu kendaraan program pembangunan eonomi kreatif, tanpa itu kita tidak bisa berlari. Di saat negara lain sudah menikmati berkah ekonomi kreatif, kita, payung hukum saja belum punya. Thailand itu sudah hampir 10 persen makanya kelas menengahnya kuat. Makanya jangan heran berkali-kali terjadi perebutan kekuasaan, kudeta, dan krisis politik, ekonomi Thailand tetap kuat. Karena kelas menengah dan kaum muda mereka kuat.

Sebagai penutup, Saya ingin sampaikan bahwa wajah Indonesia saat ini dan kedepan akan sangat ditentukan pertemuan tiga entitas diatas yakni kombinasi antara masyarakat urban, kelas menengah, dan milenial, serta mayoritasnya adalah kaum muda. Kaum muda ini jika diberdayakan dan dikuatkan maka akan menjadi peretas kesenjangan kita.

Semakin banyak kelas menengah maka semkin kuat bangsa karena akan menjadi penyangga antara kelas bawah dan kelas atas. Meretas kesenjangan berarti mencegah konflik.

Mencegah konflik berarti menjaga persatuan negeri ini.

Related Posts

Leave a Reply

Sampaikan aspirasimu!