Pada Minggu (13/8/2017), sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas) mengukuhkan diri lewat sebuah seremoni pelantikan anggota.
Ormas itu menamakan diri Kebangkitan Jawara dan Pengacara atau disingkat Bang Japar.
Kelompok ini mengklaim mewakili masyarakat Betawi dan muncul kali pertama di masa Pilkada DKI 2017 putaran kedua.
“Dulu kan putaran pertama saya lihat banyak keganjilan, jadi saya pikir perlu dikawal prosesnya. Oleh siapa? Sama jawara saja biar orang enggak berani macam-macam,” kata Ketua Umum Bang Japar Fahira Idris saat dihubungi Kompas.com.
Namun, jawara saja dinilai Fahira tidak cukup. Perlu ada yang mengimbangi dari sisi legal atau hukum, jika di lapangan para jawara menemukan dugaan kecurangan dalam proses pemungutan suara.
Sehingga, Fahira berpikir para jawara ini harus disandingkan dengan para pengacara.
Fahira mengklaim, terdapat sekitar 5.000 orang anggota Bang Japar saat Pilkada lalu, baik mereka yang asli warga DKI Jakarta atau dari kawasan di sekitar Jakarta, salah satunya Bekasi.
Setelah Pilkada usai, Fahira berpikir Bang Japar sebaiknya tak dibubarkan, akhirnya kelompok tersebut diubah sebuah ormas.
“Tugas mereka nanti sudah bukan Pilkada lagi, karena sudah menang Anies-Sandinya. Bang Japar akan mengawal pemerintahan Anies-Sandi dan mendidik para jawara, memberi pelatihan advokasi, serta melestarikan budaya Betawi melalui berbagai kegiatan,” tutur Fahira.
Fahira meyakini, keberadaan Bang Japar di tengah masyarakat bisa bermanfaat.
Kelompok ini juga diharapkan bisa menjadi duta dalam memperkenalkan budaya Betawi kepada warga Jakarta.
Keberadaan kelompok Bang Japar menuai pendapat dari para tokoh budaya Betawi, salah satunya Ketua Sanggar Seni Betawi Setu Babakan Sahroni.
Menurut Sahroni, sebuah ormas yang niatnya memajuka budaya Betawi harus didukung. Namun, Sahroni berpesan agar Bang Japar tidak melenceng dari tujuan awalnya.
Terlebih, ormas ini terbentuk melalui dinamika proses politik masa lampau yang erat kaitannya dengan kepentingan-kepentingan tertentu.
“Seharusnya sebuah ormas itu dibentuk bukan untuk kepentingan salah satu pihak, akan tetapi bertujuan demi kemaslahatan masyarakat luas, khususnya masyarakat Betawi. Apalagi tujuannya untuk memajukan budaya Betawi,” ujar Sahroni yang dihubungi secara terpisah.
Sahroni juga mengomentari tentang elemen jawara dalam ormas Bang Japar.
Menurut dia, jawara dalam arti sebenarnya bukanlah seseorang yang hanya memiliki kemampuan bela diri dan bisa tampil garang.
Jawara juga, lanjut Sahroni, harus memiliki tujuan mulia melindungi orang-orang yang lemah.
“Bukan cuma pakai baju silat, laga dan gayanya kayak jagoan,” ucap Sahroni. Kompas